Refleksi Awal Ramadan 2021
Ramadan, bulan penuh keistimewaan, merupakan titik dimana manusia seharusnya me-reset ulang kehidupannya: meneliti, mengoreksi, atau juga membuat ikrar perbaikan. Langkah-langkah ini tidaklah mungkin dapat muncul tanpa pembiasaan: ia bisa lahir dari kebiasaan moral values dari orangtua kita, atau sekitar kita. Tentu, sungguh indah mengingatnya dan mentradisikannya hingga akhir hayat ini, sehingga Ramadan menjadi bagian terpenting kita dalam menjalani kehidupan yang hakikatnya singkat ini.
Teringat ketika kecil, orangtua sungguh serius dalam menanamkan persepsi bahwa Ramadan adalah ladang amal sholeh yang menjadikan kebaikan-kebaikan menjadi berlimpah berkah. Tanpa lelah mereka menjadikan pandangan hidup ini agar dipraktikkan kepada anak-anaknya, dan menjadikan momentum ini untuk mendekatkan secara total kepada Allah SWT. Sungguh luar biasa kenangan tersebut.
Namun kini, keadaan sudah tidak memungkinkan untuk kumpul keluarga, "ayah, anakmu jauh di rantau, dan banyak menanggung beban," sebagaimana lirik lagu Ebit berjudul "Ayah." Kita sudah tidak bisa lagi merayakan Ramadan bersama seperti indahnya waktu kecil, namun ajaran-ajaranmu untuk memuliakan Ramadan selalu lekat di benak kami. Semoga sehat selalu, dan segera bersua nanti di hari fitri.
Ramadan di hari perdana ini telah menandai banyaknya perubahan-perubahan dalam hidupku. Dahulu yang belum mendapat karir, hari ini sangat berbeda: hadir tepat waktu, under-instructions, dan merasakan apa yang dicita-citakan, alhamdulillah.
Mari kita kembali kepada otentitas diri dalam menjalani hari-hari yang suci ini.
HDR, Ponorogo, LPPM IAIN (13/04)
Comments
Post a Comment